Ki Bagus Hadi menyatakan, perampasan lahan warga juga semakin masif.
Di tengah pandemi Covid-19 peningkatan aktivitas operasi tambang semakin represif terhadap warga lingkar tambang. Aktivis Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Ki Bagus Hadi Kusuma mengungkapkan, intimidasi permasalahan baru paling banyak dikeluhkan warga.
"Permasalahan baru di tengah pandemi, mayoritas memang menjawab intimidasi semakin meningkat. Kemudian, perampasan lahan juga semakin masif," kata Bagus dalam diskusi virtual, Selasa (4/8).
Dia menjelaskan, sebanyak 15 komunitas responden melaporkan pengalaman menerima intimidasi. Misalnya, warga Banyuwangi dan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK). Pada akhir Maret 2020, pemerintah menginstruksikan agar tenda posko warga menolak tambang emas di Gunung Tumpang Pitu dan Salakan segera dibubarkan dengan alasan pandemi Covid-19.
Ironisnya, tenda warga dibubarkan, tetapi aktivitas pertambangan PT. Bumi Suksesindo (BSI) tetap berjalan hingga mendatangkan alat berat baru.
"Intimidasi juga diterima oleh kawan-kawan di Kendeng, Pati, Jawa Tengah (Jateng). Semuanya, karena kekhawatiran semakin meluasnya penyebaran Covid-19. Akhirnya, masyarakat melakukan protes kepada perusahaan agar berhenti, tetapi respon yang diterima intimidasi dan bentrok fisik atau kekerasan," tutur Bagus.