Penggunaan transportasi publik di Jabodetabek baru digunakan oleh 30% warga Jabodetabek setiap harinya.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengungkapkan jumlah penggunaan transportasi publik di wilayah Jabodetabek belum mencapai target. Warga yang menganggap kemacetan sebagai hal biasa, menjadi salah satu penyebab capaian kurang memuaskan ini.
"Harusnya kita bisa mendorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum hingga target awal 60%, tapi saat ini yang teraktualisasi baru 30%," ujar Kepala BPTJ Bambang Prihartono dalam diskusi publik bertajuk "Pengelolaan Transportasi Megapolitan" di Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (14/11).
Belum maksimalnya penggunaan angkutan umum di Jabodetabek, terjadi lantaran masyarakat menganggap biaya transportasi umum masih mahal. Waktu tempuh angkutan umum juga masih dinilai terlampau lama.
Selain itu, terjadi pergeseran paradigma di masyarakat yang menghambat pertumbuhan penggunaan angkutan umum. Masyarakat menganggap terjebak kemacetan saat menggunakan kendaraan pribadi adalah suatu hal yang normal dan wajar.
"Paradigma ini harus diubah. Kami mencoba memberikan layanan transportasi umum yang aksesibilitasnya mudah dan harganya ekonomis," ucap Bambang.