Integrasi BATAN ke BRIN semakin menambah runyam pengembangan PLTN.
Kegelisahan terkait masa depan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia membayangi Hanna Yasmine—peneliti di Pusat Standardisasi dan Mutu Nuklir Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN), sebelum lembaga itu terintegrasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Pasalnya, peneliti yang tengah menempuh studi di Nuclear and Quantum Engineering, Korea Advanced Institute of Science and Technology, Korea Selatan itu mengaku, peleburan BATAN ke dalam BRIN membuat harapan pembangunan PLTN agak suram.
“Karena BRIN sendiri belum jelas arahnya mau ke mana,” kata Hanna saat dihubungi Alinea.id, Senin (7/2).
“Soalnya dibuat satu badan dicampur semuanya, dan semuanya serba tidak pasti.”
Padahal, setelah lulus Hanna ingin mengembangkan reaktor modular kecil di Indonesia karena dinilai lebih murah dan praktis untuk memenuhi pasokan listrik.