Gunung Bromo masih tetap dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara pascaerupsi.
Banjir dilaporkan terjadi di kaldera Gunung Bromo pada Jumat (19/7) sore. Terkait hal tersebut Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarif Hidayat menjelaskan peristiwa aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir itu tidak terkait langsung dengan aktivitas erupsi Gunung Bromo.
"Berdasarkan keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, banjir di kawasan kaldera Gunung Bromo karena air hujan merupakan fenomena alam yang biasa, sehingga bukan lahar dari material magma Gunung Bromo," kata Sarif pada Sabtu (20/7).
Sarif menuturkan bahwa banjir yang diakibatkan hujan di sekitar kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo terjadi bersamaan dengan erupsi yang menghasilkan abu vulkanik.
"Selain itu, morfologi kaldera Tengger merupakan topografi rendah yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga jika terjadi hujan, aliran air akan bergerak ke arah dasar kaldera," jelas Sarif.
Dia menjelaskan endapan batuan di sekitar perbukitan kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo umumnya terdiri dari produk jatuhan yang bersifat lepas, sehingga akan mudah tergerus oleh air hujan.