Pemerintah telah mengoordinasikan dengan melakukan antisipasi terjadinya El Nino sejak Februari-April.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi ancaman El Nino diprediksi puncaknya terjadi di Agustus-September.
"Diprediksi El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat. Sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan. Juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan," kata dia yang dipantau online dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (18/7).
Namun dia memastikan, pemerintah telah mengoordinasikan dengan melakukan antisipasi terjadinya El Nino sejak Februari-April. Tetapi, dia mengakui, hal itu perlu diperkuat.
BMKG, kata Dwikorita, juga meminta kepada masyarakat untuk memahami wilayah Indonesia. Meskipun saat ini masuk musim kemarau kering, kata dia, karena wilayah Indonesia dipengaruhi dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung, maka kemungkinan ada satu wilayah mengalami kekeringan. Tetapi tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi.
"Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering. Ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah. Oleh karena itu, kami juga mengimbau selain terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air. Kemudan juga beradaptasi terhadap pola tanam. Juga terus memonitor perkembangna informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu ke waktu dari BMKG," papar dia.