Tak lagi jadi ajang menyalurkan bakat, balap liar kini kerap hanya dihelat untuk memfasilitasi penjudi.
Suara deru mesin motor membahana di sebuah bengkel kecil di Jalan Semanan Raya, Kalideres, Jakarta Barat. Asap knalpot mengepul, bau oli menguar. Di salah satu sudut bengkel, sejumlah mekanik terlihat sibuk menggarap mesin sebuah motor racing.
Sayuni, salah satu satu mekanik bengkel itu, mengungkapkan ia dan rekan-rekannya tengah sibuk menyiapkan mesin motor balap andalan mereka. Soalnya, ada tantangan dari bengkel lain untuk beradu kecepatan di ajang balap liar.
"Dia (bengkel lawan) gengsi karena kemarin abis kalah sama bengkel kita. Logikanya dia punya amunisi baru dan udah tahu kita kayak apa. Makanya, dia berani nantang lagi. Nah, kita juga enggak mau ngeremehin. Motor kami setting ulang," ucap Sayuni kepada Alinea.id, Senin (7/2) sore itu.
Adu cepat itu, kata Sayuni, rencananya bakal dihelat di sepanjang Jalan Raya Puri Kencana, Jakarta Barat. Tetapi, kedua bengkel belum sepakat soal waktu balapan. "Taruhannya kami di angka Rp5 juta sampai Rp10 juta," ujar Sayuni.
Menurut Sayuni, mempersiapkan balap liar tak mudah. Selain memastikan kesiapan penantang dan waktu balapan, "panitia" balapan juga harus memastikan jalur balapan steril dan aktivitas mereka tak diintervensi polisi.