Sejumlah rusun di DKI Jakarta usianya sudah di atas 20 tahun. Sebagian rusun sudah tak layak huni.
Kabar mengenai rencana Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi sejumlah rumah susun (rusun) sampai ke telinga para penghuni Rusunawa Komaruddin, di Cakung Jakarta Timur. Sejak pertengahan September, sejumlah penghuni rusun mulai "beres-beres". Ada yang memutuskan untuk hengkang sementara dan ada pula yang memutuskan untuk benar-benar angkat kaki dari rusun itu.
"Liat ibu depan itu. Dia lagi beres-beres. Mau pindah ke PIK (Pantai Indah Kapuk) Pulo Gadung sana. Ibu juga enggak tau mau pindah apa bagaimana. Masih nunggu anak-anak. Katanya sih Senin baru mau beres-beres," kata Rumiyati, salah satu penghuni Blok A, Rusun Komaruddin, saat berbincang dengan Alinea.id, belum lama ini.
Rusun Komarudin dibangun pada 2008 dan mulai dihuni sejak 2014. Pindah pada 2016, Rumiyati termasuk salah satu penghuni awal rusun itu. Meskipun sebenarnya tergolong tak terlalu tua untuk ukuran hunian vertikal, Rumiyati bercerita rusun itu punya banyak persoalan.
"Tapi, ya, buat saya sih sebetulnya air di sini. Kadang tuh ya, air suka mati. Kalau tidak mati, ya, (warnanya) kuning. Bahkan pernah sampai rembes. Ya, kalau mau dibilang keluhan mah banyak," tutur perempuan berusia 55 tahun itu.
Di unit rusun yang tak seberapa besar itu, Rumiyati tinggal bersama dua putranya, satu putri, satu menantu, dan satu cucu. Setiap bulan, keluarga Rumiyati harus mengeluarkan sekitar Rp400 ribu untuk biaya sewa.