Partai Demokrat menyebut kubu KLB pencitraan dan mencari sensasi.
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, menilai label "Jenderal Santri" yang disematkan pengurus Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) kepada Moeldoko lantaran telah memimpin salat Magrib berjemaah pada Jumat (26/3), sangat berlebihan dan menggelikan.
"Bahkan para pemuka agama dan dai kondang di Indonesia tak ada yang membagikan foto sedang salat di media sosialnya. Sungguh miris bahkan beribadah pun dijadikan ajang pencitraan dan mencari sensasi. Ini masuk kategori ria," kata Kamhar, kepada Alinea.id, Sabtu (27/3).
Baginya, publik tidak akan mudah tertipu dengan gaya pencitraan muslim berkedok pembegalan demokrasi terhadap Partai Demokrat yang justru bertentangan dengan sikap kesatria dan keperwiraan, seperti menggelar KLB yang bertentangan dengan AD/ART dan inkonstitusional.
"Tak beretika dan tak bermoral, bahkan menikam dari belakang orang yang pernah mengangkat dan meninggikan derajatnya. Jauh dari sifat kesatria dan sifat keperwiraan," paparnya.
Di samping itu, label "Jenderal Santri" bagi Kamhar semakin menggelikan lantaran disematkan oleh orang yang telah dipecat tidak hormat lantaran menjadi komprador pihak luar menggerogoti Partai Demokrat. "Ini bentuk pengkhianatan. Khianat adalah ciri orang munafik," tegasnya.