Laporan Amnesty International menunjukkan sejumlah lembaga negara membeli alat sadap dari Israel via makelar.
Selama tujuh tahun terakhir, institusi pemerintahan diduga telah membeli dan menggunakan teknologi penyadapan dari sejumlah perusahaan Israel. Berbasis laporan penjualan, data pengadaan, dan skrining internet, investigasi Amnesty International menemukan teknologi dan alat-alat penyadapan itu dipesan sejumlah lembaga negara, di antaranya Polri dan Badan Sandi dan Siber Nasional (BSSN).
Tiga perusahaan Israel yang tercatat menjual teknologi penyadapan itu, yakni NSO, Candiru, dan Wintego. NSO ialah perusahaan produsen Pegasus, spyware yang dipakai untuk memata-matai Jamal Khashoggi, jurnalis Washington Post yang tewas dibunuh saat di konsulat Arab Saudi di Instanbul, Turki, pada 2 October 2018.
Candiru atau juga dikenal dengan sebutan Saito Tech ialah perusahaan penyadapan siber yang menawarkan sistem infiltrasi siber bernama Cyrus. Dalam sebuah proposal pemasaran Candiru pada 2020, Cyrus diklaim bisa menginfiltrasi komputer, jaringan internet, serta ponsel berbasis Android dan iOS.
Serupa, Wintego Systems Ltd ialah perusahaan siber asal Israel yang memasarkan spyware untuk menyadap ponsel dan teknologi yang mampu mengintervensi jejaring internet. Laporan Forbess pada 2016 menemukan bahwa CatchApp, salah satu produk Wintego, mampu mengintersepsi pesan WhatsApp.
Menurut laporan Amnesty International, jual beli teknologi alat sadap dari Israel dilakukan via makelar atau pihak ketiga. Perusahaan broker beroperasi di Indonesia dan Singapura. Hingga kini Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel karena persoalan kemerdekaan Palestina.