Nasional

Dipandang buruk, peminat pendidikan tinggi vokasi merosot

Bahkan, berdasarkan data BPS, lulusan pendidikan vokasi menjadi kelompok yang paling dominan menganggur.

Jumat, 19 Agustus 2022 21:59

Jumlah peminat pendidikan tinggi vokasi di Indonesia mengalami penurunan. Setidaknya, menurut Ketua Umum Asosiasi Pendidikan Vokasi (Apvokasi), Marsudi Wahyu Kisworo, ada 3 faktor yang melatarbelakanginya.

Pertama, pandangan buruk masyarakat terhadap pendidikan vokasi. Kedua, lulusan D-4 tidak diakui, seperti dalam lowongan pekerjaan yang hanya mencari lulusan D-1 hingga D-3 dan S-1. Terakhir, pekerjaan low-middle skill biasa dikerjakan semua orang dan diprediksi ke depannya dilakukan secara automasi atau oleh robot.

Marsudi melanjutkan, lulusan pendidikan vokasi, baik tingkat atas maupun sekolah tinggi, menjadi kelompok yang paling banyak menganggur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 1,8 juta lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan 235.000 jebolan pendidikan diploma adalah pengangguran per Februari 2022.

"Jumlah pengangguran terdidik terbesar dari lulusan vokasi. Lulusan SMK yang nganggur lebih banyak daripada SMA (sekolah menengah atas). Lulusan diploma lebih banyak yang nganggur dibanding S-1," ucapnya dalam webinar, Jumat (19/8).

Pendidikan tinggi vokasi diketahui memiliki sistem fokus pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Pendidikan ini terdiri dari empat program yang meliputi diploma, yaitu D-1 (Ahli Pratama), D-2 (Ahli Muda), D-3 (Ahli Madya), dan D-4 (Sarjana Terapan, setara dengan S-1).

Atikah Rahmah Reporter
Fatah Hidayat Sidiq Editor

Tag Terkait

Berita Terkait