Nasional

Dua sisi dilematik masker SNI

Pemerintah akan mengatur produksi masker agar ber-SNI demi melindungi warga dari virus. Namun, bagaimana dampaknya bagi UMKM pembuat masker?

Kamis, 08 Oktober 2020 06:37

Di trotoar tak jauh dari Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Fatur Salihi menjajakan masker dagangannya. Ia mengaku sudah berjualan masker sejak Juni 2020. Masker yang dijual Fatur beraneka jenis, kebanyakan scuba—masker berbahan kain tipis yang bisa melar seperti spandeks.

Kata Fatur, masker scuba termasuk yang paling dicari pembeli. Pedagang di lokasinya mencari nafkah pun banyak yang menjajakannya. Menurut Fatur, warga memilih membeli masker scuba karena harganya yang murah, kisaran Rp4.000-Rp10.000.

“Tapi, semingguan ini saya agak waswas. Soalnya, pada lebih nyari masker yang tebal,” kata Fatur ditemui reporter Alinea.id di lokasinya berdagang, Selasa (6/10).

Pedagang masker lainnya di kawasan itu, Ikhlas, juga mengaku dagangannya sepi akhir-akhir ini. Ia juga khawatir dengan informasi tentang masker kain yang harus berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI). Ia mengatakan, seharusnya ada perhatian dari pemerintah untuk pedagang kecil yang menjual masker.

“Udah (untung) enggak seberapa, masak kita nanti jual masker yang mahal lagi. Tekor di kita,” ucapnya.

Robertus Rony Setiawan Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait