Bukti-bukti yang dikumpulkan pemerintah Ukraina mengindikasikan terjadi genosida di kota-kota yang diserbu militer Rusia.
Digelar sejak 24 Februari 2022, invasi militer Rusia ke wilayah Ukraina telah berlangsung lebih dari seratus hari. Kota-kota penting di kawasan timur dan selatan Ukraina telah takluk. Sebagian rata dengan tanah. Ribuan warga sipil dilaporkan tewas dan puluhan ribu lainnya dipaksa mengungsi karena terdampak perang.
Meski situasinya buruk, Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin meyakini pasukan Ukraina bisa membalikkan keadaan. Asalkan mendapat bantuan senjata dan amunisi, ia optimistis Ukraina bisa merebut kembali teritori yang jatuh ke tangan Rusia.
"Ini tentang intelijensi, mobilitas, dan motivasi, dan mereka (Rusia) tidak termotivasi. Tetapi kami sangat termotivasi karena kami mempertahankan wilayah kami, anak-anak kami," kata Hamianin dalam wawancara khusus dengan Alinea.id di Kedubes Ukraina, kawasan Kuningan, Jakarta, belum lama ini.
Menurut Hamianin, Rusia saat ini sudah menguasai 20% wilayah Ukraina. Itu setara luas Austria digabung Swiss. Namun, ia menyebut gerak invasi Rusia terhenti karena perlawanan militer Ukraina dan rakyat di berbagai front pertempuran.
"Lihatlah apa yang terjadi di selatan Ukraina. Di daerah itu, banyak kelompok gerilyawan mulai melakukan sesuatu. Mereka mulai meledakkan sesuatu di sini dan di sana... Jadi, bagaimana Rusia memenangkan perang ini? Bagaimana kalian akan menguasai wilayah ketika semua warga membencimu?" tanya dia.