Serangan siber tersebut dibalas dengan mengumbar data pribadi pelaku.
Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengaku, mendapatkan serangan siber pascainsiden terbunuhnya enam Laskar Front Pembela Islam (FPI) di Tol Jakarta-Cikampek (Japek) KM 50.
Serangan siber tersebut menggunakan server luar negeri dan dioperasikan anak muda yang terpapar paham radikalisme. Untuk melakukan pelacakan, BIN terlebih dahulu menjalin kerja sama dengan negara lain.
Belakangan diketahui serangan siber tersebut hanya dipantik kesalahpahaman belaka.
“Ada beberapa server dan akun yang tidak berada di Indonesia, di situ nama saya di blow up. Nomor saya di blow up di situ dan akhirnya ratusan ribu teror datang ke saya melalui whatsapp dan telepon gelap. Intinya mau membunuh saya,” ucapnya dalam diskusi virtual, Selasa (30/3).
Saat itu, sekali ‘pukul’ dirinya bisa mendapatkan 4.500 serangan siber. Sehingga gawainya panas dan hang (error).