Program SHK berguna menekan risiko hipotiroid kongenital pada bayi.
Kementerian Kesehatan melakukan peluncuran ulang (re-launching) program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) di Puskesmas Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, pada Rabu (31/08). Implementasi ini akan dilakukan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Hipotiroid kongenital merupakan kelainan yang terjadi akibat kekurangan hormon tiroid sejak bayi berada di dalam kandungan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan stunting atau gangguan pertumbuhan pada bayi. Tubuh pendek (dwarfism), kesulitan bicara, hingga keterbelakangan mental merupakan beberapa kondisi yang dapat ditemukan dalam anak dengan diagnosis ini.
Berdasarkan prevalensi global, 1 dari 3.000 kelahiran mengalami hipotiroid kongenital. Ini berarti dari sebanyak 4,4 juta bayi baru lahir di Indonesia, sebanyak 1.500 mengalami kondisi hipotiroid kongenital.
Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, dalam pidatonya Wamenkes menekankan pentingnya memeriksakan SHK atau kekurangan hormon tiroid bawaan pada bayi berusia 1-3 hari.
“Mulai hari ini, semua bayi yang lahir di Indonesia harus diperiksa SHK untuk menjaring apabila ada risiko kelainan dalam tumbuh kembang anak,” ujar Wamenkes Dante Saksono dalam pidatonya seperti disiarkan secara daring, Rabu (31/8).