Infodemik Covid-19 sampah demokrasi, perburuk situasi pandemi.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengaku capek menghadapi beredarnya infodemik (disinformasi, misinformation, hingga hoaks) suputar Covid-19.
Ngabalin menilai hoaks Covid-19 memperburuk situasi dan menghambat upaya pelibatan peran serta masyarakat dalam penanganan Covid-19 dengan mengajak pemuka agama (ulama, pastor, hingga biksu).
Ia bilang, ketika pemuka agama menyatakan pendapat yang bertentangan dengan penanganan Covid-19, maka banyak orang patuh terhadap pemimpin tersebut tanpa berpikir terlebih dahulu.
“Ini mengapa kita agak capek kalau kita menyelesaikan masalah itu di ruang publik dengan banyaknya berita hoaks. Banyaknya berita tentang kebohongan, Anda bisa bayangkan kita berbusa-busa dari stasiun TV ke lain, media online, seminar sini ke sono (sosialisasi bahaya Covid-19), tetapi di Tanah Abang dia (penyebar infodemik) pake mikrofon, dia buat meme, di sono dia bisa nonton bola nih, apa masalah Indonesia?,” ujar Ngabalin dalam diskusi virtual, Minggu (27/6).
Ia pun menyinggung seorang mantan anggota DPR RI yang mengkritik pengadaan vaksin Covid-19. Alasannya, vaksin Covid-19 bukanlah obat untuk menyembuhkan, tetapi hanya memberikan kekebalan tubuh (imunitas).