Joko Widodo mampu mendamaikan dan menenangkan sebagian rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok HMI dan GMNI.
Ketika persaingan politik mahasiswa antara kelompok Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Universitas Gadjah Mada memanas, Joko Widodo yang datang ketika itu justru cenderung bisa diterima kedua kubu.
Hal tersebut diungkapkan oleh Erwansyah, salah seorang rekan Jokowi yang berasal dari pendaki Mapala Silvagama. Dia mengatakan, Joko Widodo mampu mendamaikan dan menenangkan sebagian rekan-rekannya yang tergabung dalam kelompok HMI dan GMNI.
Oleh karena itu, Erwansyah menganggap ekspedisi Gunung Kerinci bersama Joko Widodo bukanlah sekadar pendakian yang merangkap penelitian saja. Melainkan juga kegiatan yang menetralisir ketegangan di antara rekan-rekannya yang tengah bersaing memperebutkan jabatan politis organisasi kampus.
"Sebenarnya banyak hal yang bisa dipetik dari ekspedisi Gunung Kerinci ini selain pendakian dan penelitian. Yang tidak kalah pentingnya, rombongan ekspedisi ini berasal dari gabungan merah (GMNI) dan hijau (HMI)," ujar Erwansyah yang turut menjadi salah satu narasumber dalam acara Lauching buku berjudul Jokowi Travelling Story: Kerinci 1983 di Pulau Dua Resto, Jakarta Pusat, Senin (8/4).
Erwansyah menjelaskan, situasi politik di Kampus Universitas Gadjah Mada kala itu kental dengan perebutan pengaruh antara organisasi HMI dan GMNI. Menurut Erwansyah, HMI dan GMNI berebut mahasiswa angkatan 80-an untuk dijadikan kadernya. Karena perebutan itulah, kata Erwansyah, terjadi rawan konflik dan rentan perpecahan.