Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu mendapatkan dorongan untuk bisa mewujudkan smart city di daerah masing-masing.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Direktorat Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan (LAIP) menyelenggarakan Penilaian (Assessment) dalam Rangka Program Gerakan Menuju Smart City.
Pelaksanaan kegiatan penilaian ini dilakukan terhadap kota/kabupaten yang ada di Indonesia, untuk mengukur kesiapan (readiness), dan memilih 50 kota/kabupaten yang akan mendapatkan pendampingan penyusunan masterplan kota cerdas (smart city)
Melihat transformasi digital saat ini yang berkembang sangat pesat, Samuel A. Pangerapan, selaku Direktur Jenderal Aplikasi Informatika menyebutkan bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu mendapatkan dorongan ke arah yang benar, untuk bisa mewujudkan smart city di daerah masing-masing. Tentunya dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan penilaian seperti ini, ataupun bimbingan teknis (bimtek).
Saat ini banyak dari masyarakat Indonesia yang menghabiskan aktivitasnya di ruang digital. Berdasarkan laporan "Digital 2021: The Latest Insights Inti The State of Digital" yang dibuat oleh media asal Inggris We Are Social bekerja sama dengan Hootsuite, masyarakat Indonesia dapat menghabiskan waktu kurang lebih selama sembilan jam di ruang digital. Transformasi digital yang semakin pesat inilah yang membuat masyarakat semakin menuntut akan pelayanan digital yang lebih baik dan lebih cepat. Oleh karena itu, kata Samuel, untuk bisa mewujudkan hal tersebut, seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan perlu mengetahui dan memahami smart city. Selain itu, diperlukan pula adanya perubahan pola pikir (mindset).
“Smart City tidak melulu tentang teknologi, tetapi itu mengenai pola kerja dan mindset kita. Teknologi yang membantu melaksanakan apa yang ingin kita lakukan untuk perubahan. Transformasi digital ini tidak hanya mengetahui level individu atau kelompok tertentu saja, tapi juga perkotaan dalam hal ini ditujukan dalam kota pintar, atau kabupaten pintar. Teknologi itu enablernya, mindset, visi dan juga misi dari daerah itu yang menjadi kuncinya, sedangkan teknologi itu yang akan membantu percepatannya,” ucap Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Samuel A. Pangerapan, secara virtual pada Senin (1/11).