Persahabatan keluarga Habibie dengan Soeharto terjalin lama. Tapi hubungan dua orang itu memburuk hingga akhir hayat.
Cinta rakyat kepada pemimpinnya terlihat nyata saat proses pemakaman mendiang Bacharuddin Jusuf Habibie. Yang muda dan tua rela meluangkan waktu ikut melepas kepergian Presiden ketiga RI itu. Mereka berbondong-bondong menuju tempat peristirahatan terakhir Habibie di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, kemarin.
Saat mobil jenazah dibawa dari rumah duka di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, ke Taman Makam Pahlawan, warga memadati jalan untuk memberi penghormatan terakhir. Habibie dimakamkan di samping pusara istrinya, Hasri Ainun Besari, seperti permintaan almarhum. Habibie mangkat pada usia 83 tahun di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/9) setelah bertarung dengan penyakit yang menggerogoti tubuhnya yang kian renta.
Hingga kemarin, para kerabat masih terus berdatangan ke rumah duka untuk mengucapkan duka. Namun, menurut Sekretaris Pribadi mendiang Habibie, Rubijanto, belum ada perwakilan Keluarga Cendana yang hadir melayat. Keluarga Cendana yang dimaksud ialah keluarga Presiden kedua RI Soeharto.
Rubijanto mengatakan tidak ada perwakilan dari keluarga itu hadir ketika Habibie tutup usia. "Enggak ada (geleng kepala), mungkin mereka sibuk, sedang ke luar kota, saya tidak tahu," kata Rubi di rumah duka, Jalan Patra Kuningan XIII Jakarta Selatan, Kamis (12/9), seperti ditulis Suara.com.
Habibie dan keluarganya sebetulnya memiliki kedekatan khusus dengan Soeharto. Berbeda dengan para pembantunya yang lain, Habibie mendapatkan kepercayaan memimpin Kementerian Riset dan Teknologi selama hampir tiga dekade. Menjelang kejatuhan pemerintahan orde baru, Soeharto bahkan memilih Habibie untuk menjadi wakil presiden.