Latihan bersama yang melibatkan 2.282 personel AS ini, memberikan tekanan kepada negara China dan sahabatnya.
Pemerhati politik dan kebangsaan Rizal Fadillah menilai latihan bersama TNI AD dan US Army bertajuk "Garuda Shield" membuat China dan istana gerah. Menurutnya, meski secara resmi bisa dibantah akan tetapi realitas politik berbicara sendiri. Bahwa latihan bersama yang melibatkan 2.282 personel AS ini, memberikan tekanan kepada negara China dan sahabatnya.
"Indonesia sendiri yang sedang berakrab-akrab dengan RRC akan terdampak oleh agresivitas Amerika Serikat. Sederhananya China gerah istana gelisah," kata Rizal dalam keterangannya, Minggu (1/8).
Rizal membeberkan alasan mengapa latihan yang keempat belas ini membuat China dan istana gerah. Pertama, pada saat Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo datang ke Indonesia Oktober 2020 lalu, Duta Besar China untuk Indonesia Ciao Qian ngamuk. Ia mengecam kedatangan Pompeo dengan menyatakan, 'Pompeo melakukan serangan dan provokasi hubungan China-Indonesia serta telah mengganggu perdamaian dan stabilitas kawasan. China menentang keras hal ini'.
Lebih lanjut Qian menegaskan, jika AS adalah provokator 'Perang Dingin Baru' yang meningkatkan 'revolusi berwarna' di berbagai belahan dunia. AS juga dinilai secara brutal mengintervensi urusan negara lain, bahkan tidak segan menggunakan perang dan mendatangkan malapetaka dunia.
"Demikian gerahnya China atas kedatangan Menlu AS. Kini bukan lagi seorang Menlu yang datang, tetapi dua ribu lebih pasukan Angkatan Darat Amerika yang datang untuk latihan perang bersama AS-Indonesia. Terbesar dalam sejarah dan berlokasi di tiga pulau yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi," ujarnya