Juansih dan Nurul, sosok Polwan yang kini mewarnai struktur Polri.
Door Duisternis Tot Licht dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang, sekiranya bukan mimpi biasa yang dipopulerkan oleh Raden Ajeng Kartini. Bersama Dewi Sartika dan para pejuang perempuan lainnya banyak yang secara nyata menunjukkan eksistensi perempuan dari zaman kolonial hingga kemerdekaan tergapai pada 1945.
Bicara perempuan dari titik itu memang tidak pernah nihil, bahkan keterbukaan terhadap peran perempuan di ranah profesi juga semakin memancar. Kita bisa lihat di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Dari tahun ke tahun, Polri memberikan ruang bagi para Polisi Wanita (Polwan) untuk memberikan kontribusinya. Tujuannya sama, agar keamanan dan ketertiban di masyarakat (Kamtibmas) terwujud.
Semboyan-semboyan "pak polisi, pak polisi" kini rasanya harus diaransemen ulang dengan menempatkan kata-kata yang feminisme karena polwan semakin terpampang jelas, bahkan di layar kaca.
Semua itu semakin terlihat kala kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Belakangan ini dia kembali mengangkat dan melantik polwan untuk pangkat dan jabatan yang strategis.