Terbakarnya kapal Zahro Express membuka tabir persoalan tata kelola pelabuhan Muara Angke. DPRD DKI ingin merevitalisasi pelabuhan tersebut.
DPRD DKI Jakarta memproyeksikan Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara menjadi pelabuhan terbesar se-Asia. Mimpi tersebut dilatarbelakangi terbakarnya kapal penumpang Zahro Express di Teluk Jakarta saat mengangkut ratusan wisatawan menuju Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, awal Januari 2017. 23 orang tewas dalam peristiwa itu, sedankan 17 lainnya dinyatakan hilang.
Buntut dari tragedi tersebut, DPRD DKI membentuk panitia khusus (Pansus) penataan Pelabuhan Muara Angke. Terlebih disinyalir ada persoalan dalam tata kelola pelabuhan sebagai salah satu penyebab terbakarnya Zahro Express.
"Diharapkan, penataan Pelabuhan Muara Angke lebih baik lagi sehingga peristiwa terbakarnya Kapal Zahro Express tidak terulang di masa mendatang," kata Tubagus Arief, salah satu anggota Pansus Muara Angke.
Pembenahan Menyeluruh
Seiring waktu, misi utama untuk membenahi pengelolaan pelabuhan sedikit bergeser menjadi revitalisasi menyuluruh Pelabuhan Muara Angke. Pansus menginginkan pelabuhan ini juga untuk perikanan, barang, serta akses utama wisatawan untuk menuju Pulau Seribu. Anggota Pansus lain, Syarifuddin mengatakan, proyeksi tersebut menjadi penting ketika revitalisasi Pelabuhan Muara Angke dipresentasikan ke berbagai pihak.
"Jadi kita akan sampaikan goal-nya. kita ingin Muara Angke ini tidak hanya menjadi pelabuhan ikan terbesar di Indonesia, tapi se-Asia," terang Syarifuddin.