Nasional

Musabab pekerja migran tercekik biaya penempatan

“Saya sudah jual sawah dan pinjam uang ke bank. Karena ternyata, saya baru tahu, biaya penempatan itu sangat besar."

Minggu, 09 Juni 2024 06:23

Sejak kehilangan pekerjaan, Willy Nofriyansyah, 27 tahun, hanya bisa meringkuk di selter tempat penampungan pekerja migran Indonesia di Taiwan. Ia dipecat majikan tempatnya bekerja, dengan alasan tak bisa bahasa Mandarin Taiwan. Akibatnya, sering kali terjadi salah paham. Padahal, tak sedikit uang yang ia keluarkan untuk membayar biaya penempatan kerja.

“Saya sudah bayar Rp118 juta sama perusahaan penyalur. Tapi, baru kerja tiga bulan, saya di-PHK,” ucap Willy kepada Alinea.id, Selasa (4/6).

Sebelumnya, Willy bekerja di pabrik kasur pegas. Pria asal Tanggumus, Lampung ini tiba di Taiwan pada 20 Februari 2024, dengan harapan bisa mengubah keadaan hidupnya. Sebelum berangkat ke Taiwan, ia mencari informasi penempatan kerja dari rekan dan saudara, hingga akhirnya diberi tahu ada perusahaan penyalur bernama PT. Blue Diamond Indonesia.

“Saya sudah jual sawah dan pinjam uang ke bank. Karena ternyata, saya baru tahu, biaya penempatan itu sangat besar,” kata dia.

“Perusahaan penyalur itu mematok Rp78 juta dan masih ditangguhkan potongan selama 7 bulan sebesar 1.145 NTD (New Taiwan Dollar), jadi total Rp118 juta.”

Kudus Purnomo Wahidin Reporter
Fandy Hutari Editor

Tag Terkait

Berita Terkait