Pencemaran laut di Teluk Jakarta sudah berlangsung lama tanpa solusi berarti. Mengancam mata pencaharian nelayan.
Sore itu, perbincangan santai antara Riyadi dan Adi di sebuah pos ronda Kampung Nelayan, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara terhenti sejenak. Mereka melihat beberapa rekan seprofesinya, sesama nelayan merapatkan perahu di tanggul rob, usai menangkap ikan.
Mereka meledek nelayan-nelayan itu, yang mendapat hasil tangkapan kurang memuaskan. Riyadi mengatakan, lelucon mengenai hasil melaut sudah menjadi makanan sehari-hari di antara nelayan Kamal Muara. Pangkalnya, belakangan nelayan mendapat hasil tangkapan tak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.
“Akhirnya, jatuh rugi. Misalkan, modal Rp50.000, tapi dapat ikannya cuma Rp30.000,” kata Riyadi kepada Alinea.id, Sabtu (23/10).
Banyak nelayan yang kini frustasi, kata Riyadi, terlebih saat kondisi sulit ikan pada musim angin barat. Kegelisahan bertambah karena Teluk Jakarta tercemar limbah industri dan rumah tangga, yang merusak ekosistem. Kerusakan lingkungan Teluk Jakarta diperparah pula dengan reklamasi yang menggerus daerah tangkapan ikan.
Pencemaran air laut yang semakin memburuk, ungkap Riyadi, sangat berdampak bagi nelayan bermodal kecil seperti dirinya. Sebab, ia tak mampu berlayar jauh hingga ke tengah laut untuk mencari ikan lantaran perlu perahu dan modal besar.