Nakes menolak vaksin murni karena ketidakpercayaan pada pemerintah.
Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo menilai, efikasi (kemanjuran) bukanlah alasan tenaga kesehatan (nakes) menolak vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Nakes, kata dia, tidak mungkin antivaksin. Penolakan nakes lebih disebabkan sikap terlalu terburu-buru pemerintah dalam ‘menggembar-gemborkan’ vaksin Covid-19 ketika transparansinya masih diragukan.
“Saya pun di bulan Oktober dan November 2020 banyak menyuarakan. Pemerintah semestinya tidak mengatakan ini dulu (vaksinasi Covid-19), apalagi sama sekali tidak ada interim analisis,” ucapnya dalam interview ‘Meluruskan Hoaks Vaksin’ bersama Alinea.id, Kamis (21/1).
Namun, urainya, jika masih ada nakes menolak vaksin Covid-19 saat ini, maka murni ketidakpercayaan terhadap pemerintah Indonesia. Sebab, di level data sudah tidak dapat membantu menyakinkan nakes tersebut.
“Seperti like and dislike, memang sangat disayangkan,” tutur Ahmad.
Dia melanjutkan, efikasi (kemanjuran) vaksin Covid-19 buatan Sinovac sebesar 65,3% bukanlah alasan yang tepat untuk menolak. Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberi persetujuan emergency use authorization (EUA) karena sudah sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau efikasi di atas 50%. Persentase efikasi vaksin Covid-19 juga sangat tergantung metodologi hingga subjek dalam uji klinis.