Lembaga penyelenggara pendidikan anak usia dini (PAUD) megap-megap digebuk pagebluk Covid-19.
Kening Kahayu Unnihaya, 27 tahun, berkerut ketika menceritakan kondisi sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) tempat ia bekerja saat ini. Menurut guru di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (IT) Sahabat Qur'an di Tangerang, Banten itu, jumlah peserta didik di TK dia terus turun sejak pandemi Covid-19.
"Kami sempat sebar formulir kami kasih diskon 50% buat SPP (sumbangan pembinaan pendidikan). Uang pendaftaran juga bisa dicicil semampunya. Tapi, ternyata peminatnya masih rendah juga," ucap Ayu saat berbincang dengan Alinea.id di kediamannya di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (16/8).
Sebelum pandemi, TK tempatnya mengajar bisa menjaring lima belas sampai dua puluh siswa baru setiap tahun ajaran baru. Tahun ini, hanya empat siswa yang diterima. Dari total 35 siswa, kini hanya tinggal 18 siswa yang diajar Ayu di TK itu.
Menurut Ayu, banyak orang tua siswa yang menarik anak-anak mereka lantaran kondisi perekonomian keluarga mereka memburuk saat pandemi. Ia mencontohkan salah satu siswa yang ia asuh yang tak lagi melanjutkan sekolah lantaran orang tuanya dirumahkan. "Kita sudah tawari pemotongan SPP, tapi masih berat bagi mereka," imbuh dia.
Orang tua lainnya, kata Ayu, memutuskan untuk tidak menyekolahkan anaknya di PAUD karena menganggap proses belajar-mengajar secara online yang diberlakukan selama pandemi tidak efektif. "Dan, untuk anak-anak itu lebih senang interaksi langsung. Jadi, orang tua mikir sayang duitnya," jelas Ayu.