Acara ini sebagai bentuk solidaritas untuk memperteguh nilai kebangsaan dan kebhinekaan antar sesama anak bangsa Indonesia.
Jemaat Gereja Katedral dan Komunitas Kerja Bakti Demi Negeri menggelar acara buka puasa bersama dengan lintas organisasi perdamaian, seperti Gusdurian, Tempo Institute, Gerakan Kebaikan Indonesia (GKI) dan gerakan swadaya masyarakat lainya. Acara itu sekaligus untuk mempererat tali persaudaraan antar sebangsa setanah air.
Acara yang digelar di Aula Gereja Katedral ini sebagai bentuk respons dari rentetan aksi intoleransi, radikalisme dan terorisme terjadi di Indonesia baru-baru ini.
Ketua Panitia acara sekaligus Koordinator Gusdurian Alissa Wahid mengatakan Indonesia kini sedang mengalami gejala pergeseran nilai yang korbannya menyasar generasi muda. "Sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin muda, maka semakin intoleran," paparnya di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (1/6).
Putri sulung presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu melanjutkan, acara ini juga sebagai bentuk potret penolakan dari sikap gesekan yang kerap terjadi antara mayoritas dan minoritas. Menurut dia, di Indonesia tidak ada yang paling superior. "Mengatasnamakan diri sebagai yang paling berhak di Indonesia, tidak boleh terjadi. Karena ini nanti yang menyebabkan konflik," tambahnya.
Pengurus Gereja Katedral, Romo Hadi Hartoko mengaku umat Kristiani sempat terpukul pascaledakan bom di gereja Surabaya. Buka puasa bersama pegiat perdamaian menjadi salah satu cara agar tak saling curiga. Juga, bentuk solidaritas untuk memperteguh nilai kebangsaan dan kebhinekaan antar sesama anak bangsa Indonesia.