Makanya perlu ada kualitas akses infrastruktur digital serta infrastruktur sekolah berbasis bencana dengan membangun pedagogik digital.
Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriawan Salim mengatakan, perlu ada penambahan pada tri pusat pendidikan, yang sebelumnya hanya sekolah/perguruan, keluarga/peran orang tua serta alam masyarakat, sekarang ditambah dengan alam digital.
“Bisa kita ketahui bahwa sekarang banyak anak yang bisa dikategorikan kecanduan dengan gadget. Apalagi disaat PTM terbatas ini mereka hanya belajar dua sampai tiga jam dalam sehari. Selain itu, dengan gadget anak bisa bermain selama hampir delapan jam sehari,” ujar Satriawan dalam Webinar “Pendidikan di Masa Pandemi Transisi Menuju Exit Strategy” Senin (27/9).
Makanya, alam digital harus menjadi konsentrasi pemerintah untuk menciptakan pendidikan berbasis digital yang bisa diskenariokan saat ini dan ke depannya nanti. Misalkan saja tantangan objektif dunia pendidikan kini dan nanti, yaitu rendahnya kompetensi guru dan siswa, kesenjangan digital dan rendahnya digital culture, formulasi tepat “pedagogik digital” di Indonesia, siber, kebijakan pendidikan belum menyentuh akar masalah.
Kualitas pembelajaran dan tingkat kesenjangan pembelajaran antarsiswa masih menjadi tantangan utama. Di mana, sebagian besar siswa tidak memenuhi target pembelajaran nasional yang ditetapkan Indonesia sendiri.
Selain itu, banyak siswa kurang mampu yang semakin tertinggal seperti keluarga miskin yang tinggal di daerah terpencil atau penyandang disabilitas, dikarenakan keterbatasan mengakses pendidikan jarak jauh.
“Tentu perlu ada solusi untuk permasalahan ini. Pertama harus menciptakan atau mengadakan grand design, yaitu penguatan regulasi dan solusi jangka panjang,” tambahnya.