Syahrul menyebut, pemerintah akan memberikan kepastian harga kedelai dengan menetapkan harga beli.
Pemerintah tengah berupaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Salah satunya, melalui penanaman bibit varietas unggul, bahkan menggunakan bibit produk rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) maupun bibit impor.
Penggunaan varietas yang lebih unggul diharapkan dapat meningkatkan produksi kedelai di tanah air secara signifikan. Hal ini disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai mengikuti rapat terbatas (ratas) yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (19/9).
"Selama ini kedelai misalnya hanya (menghasilkan) 1,5 sampai 2 ton per hektare. Diharapkan kita bisa mendapatkan varietas yang mampu (berproduksi) di atas 3 sampai 4 ton per hektare," kata Syahrul dalam keterangan pers di Istana Kepresidenan Jakarta.
Syahrul mengungkapkan, rendahnya volume produksi kedelai per hektare disinyalir memicu para petani beralih ke jagung. Hal ini berdampak pada tingginya impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan mencapai di atas 90%.
"Selama ini petani itu lebih tertarik menanam jagung, karena harga jagung sama dengan harga kedelai Rp5.000 itu kurang lebih. Kalau jagung dia per hektarenya 6-7 ton, sementara kedelai cuma 1,5 juta ton," ujarnya.