Menjelang Pemilu 2024, peristiwa-peristiwa intoleransi terekam terjadi di berbagai daerah.
Maraknya peristiwa-peristiwa bernuansa intoleransi yang terjadi di berbagai daerah sejak awal 2023 tak lagi mengagetkan bagi Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan. Menurut Halili, peristiwa semacam itu memang cenderung marak menjelang perhelatan pemilihan umum (pemilu).
"Gejala ini (maraknya peristiwa intoleransi) pernah terjadi pada 2018, yakni saat sebelum Pemilu 2019. Sepertinya, menjelang (Pemilu) 2024 ini, ekskalasinya itu cenderung meningkat," kata Halili kepada Alinea.id, Senin (27/3).
Teranyar, peristiwa bergenre intoleransi terekam terjadi di Dusun Degolan, Bumirejo, Kulonprogo, Jawa Tengah, akhir Maret lalu. Ketika itu, sekelompok orang yang mengatasnamakan sebuah partai politik Islam menggeruduk rumah doa Sasana Adhi Rasa ST. Yakobus di dusun tersebut.
Mereka keberatan dengan keberadaan patung Bunda Maria setinggi enam meter di rumah doa tersebut. Patung itu dianggap mengganggu kekhusyukan ibadah puasa. Pengelola rumah doa mengalah dengan memasang terpal pada patung tersebut.
Menurut Halili, kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama terekam mengalami eskalasi sejak awal 2023. Peningkatan jumlah kasus terjadi tak lama setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan arahan agar pemda dan Forkompimda menjamin hak beragama dan beribadah seluruh warga negara pada pertengahan Januari.