Tenaga pendidik dan kesehatan yang merupakan ujung tombak terbesar masyarakat, seharusnya mendapatkan keamanan dan kenyamanan.
Konflik yang terjadi antara aparat dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) mengakibatkan pembakaran serta penyerangan di Puskesmas dan sekolah di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang. Peristiwa tersebut berdampak pada aspek pendidikan dan juga kesehatan di daerah Papua. Salah satunya adalah semakin sedikitnya tenaga pendidik dan kesehatan yang bersedia ditempatkan di pedalaman Papua.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Protasius Lobya menegaskan, jauh sebelum konflik di Kiwirok terjadi para guru sudah ditempatkan di daerah-daerah pedalaman tanah Papua. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan sudah lama memikirkan tentang kemanan bagi para guru.
Protasius Lobya juga menegaskan, guru hanya bertugas untuk mendidik, itu sebabnya mereka tidak ada hubungannya dengan konflik yang terjadi.
"Ini soal pendekatan. Oleh karena itu, saya pesankan bahwa guru di sana hanya memiliki satu tugas saja, mencerdaskan anak bangsa. Tugas kami selaku pengambil kebijakan, adalah bagaimana memastikan mereka mendapatkan hak-hak mereka, gaji tepat waktu, kenaikan pangkat tepat waktu, tunjangan sesuai dengan beban pengabdiannya berkala tepat waktu, dan yang belum bisa kami lakukan adalah memberikan rumah yang layak bagi mereka," ungkapnya pada kanal YouTube Tribun Papua, Senin (27/9).
Pemberian hak-hak pada para guru yang ditempatkan di pedalaman merupakan upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, untuk memberikan rasa nyaman agar para guru bisa menetap lebih lama.