Mayoritas nelayan Indonesia hanya mengenyam bangku pendidikan setingkat sekolah dasar.
Bersama sejumlah rekannya, Adi, 24 tahun, nongkrong di sebuah gubuk tua tak jauh dari tanggul dermaga Muara Kamal, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (24/2) petang itu. Permainan kartu remi jadi pilihan mereka untuk menghabiskan waktu sembari menunggu para nelayan pulang melaut.
Di sela-sela permainan, salah seorang rekan Adi mengungkap kabar gembira. Ia bercerita baru saja diterima sebagai buruh buruh di salah satu pabrik di Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Rekan-rekannya langsung heboh.
"Lha, kagak ngajak-ngajak kerja? Sendiri-sendiri aja nih?" seloroh salah satu rekan Adi lainnya.
Sehari-hari, Adi dan rekan-rekannya itu bekerja serabutan. Biasanya, mereka ditugasi para nelayan untuk menjual ikan hasil tangkapan ke pasar setempat. Dari hasil duit penjualan, mereka mendapat jatah sekitar 25%.
"Di sini, banyak pengangguran yang susah cari kerja. Jadi, kalau ada teman yang dapat kerja, pasti disinggung," kata Adi saat berbincang dengan Alinea.id.