Proyek Satria-1 rawan markup biaya karena banyak ketidaktahuan penyelenggara negara dan auditor negara seputar berapa biaya sebenarnya.
Ekonom dan pakar kebijakan publik Narasi Institute dan CEO Narasi Institute Achmad Nur Hidayat memandang, peluncuran Satelit Republik Indonesia 1 (Satria-1) dibayangi skeptisme publik akibat korupsi pembangunan infrastruktur BTS 4G yang diduga melibatkan Menkominfo Johnny G Plate. Satelit ini sukses diluncurkan dengan roket Falcon 9 dari SpaceX, berlokasi di fasilitas militer Florida, Amerika Serikat pada Senin (19/6).
Achmad mengatakan, suasana kegembiraan peluncuran Satria-1 tersebut tidak terlihat antusias di hadapan publik. Lantaran, kesamaan peluncuran Satria-1 dengan satelit BTS 4G semakin menunjukan adanya bayangan korupsi.
“Dengan dugaan yang sama, besar kemungkinan proyek Satria-1 juga dijadikan bancakan sebabnya karena proyek strategis tersebut dikelola oleh satuan kerja yang sama di Kominfo,” katanya dalam keterangan, Rabu (21/6).
Achmad menyebutkan, satelit tersebut memang proyek strategis nasional dan sayangnya dibiayai dari utang yang membebani keuangan negara di masa depan.
Biaya pembuatan dan peluncuran satelit Satria-1 tercatat sebesar US$545 juta atau setara dengan Rp7,68 triliun. Nilai tersebut didapat dari porsi ekuitas APBN sebesar US$114 juta atau setara dengan Rp 1,61 triliun.