Tambang emas pernah menyilaukan mata pekerja asal China, penguasa lokal, dan penjajah Belanda di Borneo masa kolonial.
Tak berselang lama dari peristiwa penangkapan 60-an warga Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah oleh aparat gabungan TNI dan Polri pada Selasa (8/2) lantaran menolak tambang batuan andesit di desanya untuk membangun Waduk Bener, konflik tak kalah mengerikan terjadi di Desa Tada, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Pada Sabtu (12/2) seorang warga Desa Tada bernama Erfadi meregang nyawa disambar sebutir peluru, kala warga bentrok dengan polisi. Penembakan kejadian di tengah aksi demonstrasi warga menolak tambang emas PT Trio Kencana di kampung halaman mereka.
Eksploitasi tambang emas
Tiga abad silam, tambang emas di Borneo—kini Kalimantan—pernah pula menyilaukan mata dan membikin huru-hara. Mulanya, tambang emas di pedalaman Borneo dikelola orang Dayak atas izin penguasa Melayu.
Eksploitasi tambang emas beralih ke orang-orang asal China, yang turun dari Brunei, selepas Sultan Mempawah memperbolehkan mereka menambang di Sungai Duri pada 1740.