“Sebaiknya didiskusikan dulu, biar enggak ujung-ujungnya kita yang repot.”
Siang itu, tiga orang pengemudi ojek online tengah bercengkerama saat beristirahat di ujung Jalan Guru Ma’mun, Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka menerka-nerka, siapa sosok Guru Ma’mun yang dijadikan nama jalan pengganti Jalan Rawa Buaya tersebut. Wajar saja, mereka bukan orang kampung situ.
“Paling orang sini, kalau enggak ulama Jakarta Barat,” ucap salah seorang di antara mereka.
Perubahan nama di jalan yang terletak pada persimpangan Jalan Raya Daan Mogot dan persimpangan Jalan Lingkar Luar Barat itu, membuat mereka heran. Padahal, nama Rawa Buaya sudah melekat dalam ingatan mereka.
Yani, seorang pedagang yang saban hari mangkal di jembatan Jalan Guru Ma’mun menyela obrolan mereka. Ia mengatakan, Guru Ma’mun merupakan ulama yang bermukim di Rawa Buaya sejak sebelum kemerdekaan. Perempuan yang tinggal di daerah Rawa Buaya sejak 1990-an mengaku tak asing dengan Guru Ma’mun lantaran namanya kerap disebut dalam acara keagamaan masyarakat.
“Saya sering dengar nama itu disebut, kalau maulid atau acara selamatan warga,” ucap Yani kepada Alinea.id, Selasa (28/6).