Doa bersama yang digelar PKB semalam, Selasa (20/3) untuk Zaini, juga dibarengi upaya mendorong kasus penghapusan hukuman pancung pada TKI.
Sebagai bentuk solidaritas juga rasa simpati terhadap buruh migran yang dieksekusi mati di Saudi, Zaini Misrin, PKB menghelat doa dan tahlil bersama, Selasa (20/3). Hari ini genap empat hari, Zaini dihukum pancung oleh otoritas Saudi akibat kasus pembunuhan yang didakwakan padanya. Selain doa dan tahlil, jemaat juga bersembahyang shalat ghaib untuk mendiang Zaini.
Wasekjen DPP PKB, Luluk Hamidah mengatakan, memang sudah semestinya negara turut andil dalam memberikan bantuan kepada setiap warga. Kejadian yang menimpa Zaini sendiri, lanjutnya, bukanlah yang pertama terjadi, sejumlah buruh migran Indonesia juga telah menjalani eksekusi mati dengan dakwaan beragam.
Kejadian seperti ini menurut Luluk tidak boleh terulang kembali. Ia mendesak ada langkah tegas pemerintah melalui Disnaker, BNPT2KI, Kementrian Luar Negeri, termasuk DPR RI dalam rangka mengevaluasi isu buruh migran, terutama di negara yang rentan seperti Saudi. Sebab, ditinjau dari moratorium pun kondisinya sangat terbatas sehingga perlu ditinjau kembali.
Dia mendorong Kemenlu untuk meningkatkan posisi tawar Indonesia sebagai negara yang berdaulat, agar bisa lebih dihargai negara lainnya. "Kalau memang posisi kita dihargai, kita harapkan tidak ada lagi Zaini kedua atau yang berikutnya," ujarnya.
Permasalahan yang menimpa Zaini sebetulnya ditengarai dari beberapa faktor. Yang paling kelihatan adalah minimnya kompetensi kerja para buruh migran. Ditambah pengetahuan yang tak memadai, sehingga mereka tak punya kemampuan menolong diri sendiri, bernegosiasi, dan memperjuangkan nasib saat dihadapkan pada kondisi sulit. Bahkan kendala bahasa diakui juga jadi faktor yang berkelindan dan berpengaruh.