Potensi tsunami yang dipicu aktivitas Gunung Anak Krakatau bisa membesar jika ada reaktivasi struktur patahan atau sesar di Selat Sunda.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan potensi tsunami yang dapat dipicu Gunung Anak Krakatau saat ini mengecil. Hanya saja, Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM, Antonius Ratdomopurbo, menyatakan kondisi ini masih dapat berubah.
Menurutnya, dengan status Level III (siaga), letusan Gunung Anak Krakatau saat ini mengalami perubahan. Purbo mengatakan, masih ada potensi bahaya lontaran meterial lava pijar Anak Krakatau. Namun jumlah volumenya yang tidak selalu besar, membuat potensi terjadinya tsunami relatif kecil.
"Kecuali ada reaktivasi struktur patahan atau sesar yang ada di Selat Sunda," ujar Purbo di Kementerian ESDM, Sabtu (29/12).
Dia menjelaskan, hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental yang dilakukan PVMBG pada 28 Desember pukul 00.00-12.00 WIB, secara visual, cuaca di sekitar Gunung Anak Krakatau berawan-hujan.
Arah angin dominan ke timur-timur laut. Teramati letusan dengan tinggi asap maksimum 200-3000 meter di atas puncak kawah. Kemudian, abu vulkanik bergerak ke arah timur-timur laut.