Kebutuhan susu sangat penting bagi masyarakat apalagi bagi kaum muda, sebagai tulang punggung kemajuan bangsa di masa depan.
Produksi susu di Indonesia belum bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut dapat dikatakan karena adanya kesenjangan yang besar antara kebutuhan masyarakat Indonesia, yang mencapai hampir 4,4 juta ton per tahun dengan jumlah susu segar dalam negeri (SSDN) yang hanya sebesar 997,35 ribu ton per tahun. Mengakibatkan ketergantungan susu impor sebanyak 80% dari jumlah pasokan susu dalam negeri. Di mana, Provinsi Jawa Timur menyumbang sebesar 51% produksi susu sapi perah di Indonesia.
Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Jumadi menganggap, Jawa Timur merupakan provinsi agribisnis. Namun dengan adanya PMK membuat dampak buruk yang terjadi kepada produksi sapi perah dan perekonomian peternak.
“Jawa Timur merupakan provinsi agribisnis yang menjadi lumbung pangan dan gudang ternak nasional. Namun, wabah PMK telah memberikan dampak yang signifikan pada produksi sapi perah dan perekonomian peternak. Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi wabah ini tentu perlu didukung kolaborasi dan peran seluruh pihak,” ucapnya, dalam diskusi online yang dipantau Rabu (31/8).
Di kesempatan yang sama, Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Epi Taufik mengatakan, minimnya produksi susu sapi nasional mengancam ketahanan pangan bangsa. Padahal, kebutuhan susu sangat penting bagi masyarakat apalagi bagi kaum muda, sebagai tulang punggung kemajuan bangsa di masa depan.
“Produksi susu sapi nasional yang tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat semakin mengancam ketahanan pangan bangsa, yang kini peringkatnya menurun ke posisi 69 dari 113 negara. Apalagi, susu adalah sumber nutrisi terlengkap yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang kedepannya akan didominasi oleh penduduk muda,” ujar Epi.