Capaian pembelajaran mahasiwa peserta Program Kampus Merdeka dikhawatirkan tidak tercapai karena magang tanpa dibekali teori yang cukup.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, dianggap rancu. Alasannya, mahasiswa yang mengikuti pemagangan tidak dibekali teori yang cukup.
"Di dalam kuliahnya tidak dapat teori, tapi dia melakukan magang, ketemu kenyataan di lapangan [yang bobotnya] sebanyak 60 SKS. Diskusi kami di kampus, dikhawatirkan 60 SKS tersebut [akan mengganggu] capaian pemberlajaran (CPL)," Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha), Aslam Nur, dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi X DPR secara daring, Kamis (9/12).
Nadiem meluncurkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada awal 2020. Program diklaim meningkatkan kualitas perguruan tinggi dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) unggul; mempercepat inovasi; melibatkan industri, masyarakat, dan asosiasi dalam pengembangan SDM; dan melatih mahasiswa lebih adaptif.
Implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah mahasiswa melakukan pembelajaran di luar program studi (prodi) dengan magang. Temponya tiga semester atau setara bobot 60 satuan kredit semester (SKS).
Kerancuan lainnya, sambung Aslam, terkait profil prodi. Menurutnya, kehadiran MBKM justru menjadikan profil prodi menjadi tidak terlihat lagi dengan ciri khasnya alias ambigu.