Banyak pihak meragukan rapid test antibodi untuk mendeteksi virus dalam tubuh. Cara ini dianggap sia-sia belaka.
Pertengahan November lalu, Aprilia Utami bergegas pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes pemeriksaan Covid-19. Ia khawatir tertular virus, setelah mengetahui ada seorang rekan kerjanya yang terinfeksi. Perusahaannya, hanya mampu memberikan ongkos pengganti untuk melakukan rapid test (tes cepat) antibodi.
“Soalnya kalau swab (metode usap) mahal,” kata dia kepada reporter Alinea.id, Rabu (16/12).
"Kalau rapid test antibodi itu hargamya Rp150.000-Rp250.000.”
Usai dinyatakan hasil rapid test antibodi reaktif, Aprilia melakukan berinisiatif melakukan karantina mandiri. Ia tak ingin menularkan virus ke orang lain.
Namun, ia sesungguhnya ragu dengan hasil rapid test antibodi itu. Beberapa waktu sebelum ia melakukan tes Covid-19, atasannya di kantor sempat terkecoh dengan hasil rapid test antibodi, yang menyatakan reaktif. Namun, ketika dites dengan metode polymerase chain reaction (PCR) atau tes swab, hasilnya malah negatif.
Tak akurat
Rapid test antibodi merupakan metode mendeteksi antibodi di dalam darah seseorang untuk mengetahui kemungkinan terpapar Covid-19. Hasilnya bisa diketahui lima hingga 10 menit. Belakangan, metode ini diragukan.