Rapid test terbukti cepat mendeteksi hasil, tapi tak akurat. PCR tergolong lama dalam proses, tapi akurat. Mana yang sebaiknya dipilih?
Indonesia tengah berusaha menangani pandemi Corona virus disease 2019 (Covid-19). Setiap hari, kasus positif Covid-19 terus bertambah. Angka mortalitasnya pun kerap meningkat.
Selain upaya pencegahan penularan virus bernama SARS-CoV-2 itu, pemerintah pun melakukan usaha pendeteksian potensi terinfeksi pada seseorang.
Menurut Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bambang Wibowo, wawancara dan penyelidikan epidemiologi merupakan tahap awal, sebelum dilakukan tes kesehatan. Tes kesehatan dilakukan dengan dua metode, yakni rapid test (tes cepat) yang menguji sampe darah dan polymerase chain reaction (PCR) dengan menguji sampel lendir (swab).
“Untuk yang melakukan tes cepat antibodi (rapid test), baik hasilnya positif maupun negatif, maka bila tidak ada tanda dan gejala sakit berat maupun sedang, dianjurkan melakukan isolasi diri di rumah,” ujar Bambang saat konferensi pers secara virtual di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin (6/4).
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, atau akrab disapa Yuri, mengatakan hingga Sabtu (11/4), pemerintah sudah memeriksa hampir 20.000 sampel menggunakan metode PCR di laboratorium seluruh Indonesia.