Hingga saat ini penyebab tsunami Selat Sunda masih diteliti. Korban tewas dilaporkan sudah mencapai 62 orang.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan sistem peringatan dini tsunami yang dimiliki pihaknya saat ini khusus memantau gempa bumi yang diakibatkan aktivitas tektonik, bukan vulkanik.
"Jadi, karena ini dipastikan akibat vulkanik maka tidak ada early warning," jelas Rahmat di Jakarta, Minggu (23/12).
Terlebih, menurut Rahmat, tsunami yang melanda Banten dan Lampung terjadi pada Sabtu (22/12) malam sehingga aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak bisa dilihat secara visual. Bila terjadi siang hari, erupsi dapat dilihat.
BMKG sudah berkoordinasi dengan Badan Geologi sejak Sabtu (22/12) malam, namun diketahui sensor Badan Geologi untuk memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau rusak akibat erupsi sebelumnya sehingga tidak tercatat.
Namun, dipastikan dari sensor yang ada di Pulau Sertung, erupsi terjadi pada pukul 21.03 WIB.