YKLI mengkritik pengerjaan proyek infrastruktur layaknya sopir angkot mengejar setoran, yakni asal cepat selesai.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai proyek infrastruktur dikerjakan layaknya sopir angkot mengejar setoran. Prinsipnya adalah yang penting pekerjaan selesai, tanpa mengutamakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan penumpangnya.
Merujuk pada kecelakaan konstruksi terhadap proyek infrastruktur yang terjadi secara beruntun, membuktikan proyek konstruksi tersebut tidak direncanakan dengan matang atau pengawasan yang ketat dan konsisten.
“Atas kejadian itu YLKI mengkritik keras dan mendesak pemerintah untuk membentuk tim investigasi independen dengan tugas utama melakukan engineering forensic,” terang Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, Selasa (20/2).
Tim tersebut, bertugas untuk menyimpulkan mencari musabab kegagalan berada dalam perencanaan, pelaksanaan, atau pengawasan konstruksi. Tulus menambahkan, tim investigasi bersifat sangat urgen untuk mengaudit ulang terhadap proyek infrastruktur yang sedang berjalan.
“Jangan sampai proyek infrastruktur tersebut mengalami kegagalan konstruksi berulang saat digunakan konsumen. Kita bisa bayangkan, korban massal akan terjadi jika kecelakaan konstruksi tersebut terjadi saat digunakan konsumen,” sambungnya.