“Mak, aku mau main catur dulu sama mancing bareng teman ya,” kata Mustofa, ditirukan Kusmiati.
Kusmiati masih ingat betul peristiwa pada Mei 1998 lalu, yang membuat ia kehilangan putra sulungnya, Mustofa. Persisnya 14 Mei 1998, selepas pulang sekolah, Mustofa yang saat itu berusia 14 tahun, minta izin.
“Mak, aku mau main catur dulu sama mancing bareng teman ya,” kata Mustofa, ditirukan Kusmiati, saat berbincang dengan reporter Alinea.id setelah peringatan 21 tahun tragedi Mei 1998 di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (13/5).
Mustofa lantas meminta uang dan mencium tangan Kusmiati. Saat itu, tak ada firasat apa pun. Gelisah baru muncul ketika matahari mulai tenggelam, tetapi Mustofa belum juga pulang.
Korban kerusuhan
Kekhawatiran makin timbul ketika Kusmiati mengaji selepas salat magrib. Wajah Mustofa terbayang di sela-sela ia melantunkan ayat Alquran. Selepas mengaji, Kusmiati mengajak suaminya bergegas mencari Mustofa.