Nasional

Udara tercemar, warga DKI habiskan triliunan rupiah untuk berobat

Konsentrasi partikular di Jakarta rata-rata sebesar 2,5 mikrometer. Ini berbahaya karena sangat kecil, sehingga bisa luput dari masker.

Kamis, 25 Juli 2019 10:21

Direktur Komite Pemberhentian Bensin Bertimbel (KPBB), Ahmad Safrudin mengatakan kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar pencemaran udara di Jakarta. Udara di Jakarta saat ini dalam status tidak sehat. 

Berdasarkan catatan KPBB, Indeks Kualitas Udara (AQI) dari 1 Januari hingga 23 Juli 2019 rata-rata konsentrasi partikularnya mencapai 45,41 ug/m3, dan angka tertinggi bisa sampai 155 ug/m3. Angka konsentrasi partikular tersebut lebih tinggi dari standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang berada di angka 10 ug/m3.

Sepanjang 2018, kendaraan bermotor di Jakarta juga menghasilkan sulfur oksida (SOx) sebesar 72%, karbon monoksida (CO) 84% dan nitrogen oksida (NOx) 85%. “Jadi, kemarin atlet-atlet yang bertanding waktu Asian Games 2018, mereka bertanding dengan keadaan udara yang tercemar,” kata Safrudin dalam sebuah jumpa pers di Jakarta pada Rabu (24/7).

Safrudin mengatakan, konsentrasi partikular di Jakarta rata-rata sebesar 2,5 mikrometer. Partikular ini dianggap berbahaya karena memiliki ukuran sangat kecil, sehingga bisa luput dari masker dan bulu hidung.

Loading...

Dari catatan KPBB, pada 2016 warga Jakarta yang terpapar penyakit akibat pencemaran udara angkanya sebesar 58,3%. Karena pencemaran udara itu, biaya kesehatan yang dikeluarkan warga DKI Jakarta untuk penyembuhan penyakit totalnya mencapai triliunan rupiah.

Fultri Sri Ratu Handayani Reporter
Alfiansyah Ramdhani Reporter
Tito Dirhantoro Editor

Tag Terkait

Berita Terkait