Menristek sekaligus Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, ada 28 usulan pembuatan ventilator.
Hati Alvin Tanto tergerak untuk berbuat sesuatu, usai mendengar kabar seorang kawannya meninggal dunia karena Coronavirus disease (Covid-19). Alumnus teknik mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu kemudian berpikir membuat ventilator.
Bersama empat rekannya, yakni Hengky Hidayat, Andy Hidayat, Gior Soros, dan Feby Handoko, Alvin mulai mengembangkan ventilator sejak Februari 2020. Saat itu, mereka melakukan penelitian awal. Hingga kini, mereka sudah melakukan lima kali iterasi atau perulangan.
“Lima prototipe ini artinya bikin satu salah, bikin satu lagi salah. Itu sudah lima kali,” katanya saat dihubungi reporter Alinea.id, Kamis (7/5).
Iterasi itu dilakukan karena mulanya mesin yang digunakan untuk ventilator tak kuat. Kemudian, mengalami gagal fluktuasi napas. Kendala lainnya, daya tahan baterai yang tak memadai dan badan ventilator kurang kokoh.
Bahan baku yang digunakan Alvin dan timnya memakai metal dan plastik. Sayangnya, tak semua komponen tersedia di dalam negeri. Maka, mereka harus mengimpor. Walau tak menyebutkan secara spesifik, Alvin berujar, total ada 15% komponen yang harus didatangkan dari luar negeri.