Bisnis layanan tes untuk Covid-19, salah satunya tes PCR, lebih liar dan tak terkendali. Pemerintah diminta menata ulang.
Kontroversi wajib menunjukkan hasil tes cepat PCR (Polymerase Chain Reaction) bagi pengguna transportasi udara masih terus bergulir. Pro-kontra jauh dari kata selesai. Perbedaan pandangan tidak hanya terjadi antara otoritas penanganan Covid-19 dengan masyarakat dan DPR, tetapi juga di internal epidemiolog dan ahli kesehatan.
Menurut epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mewajibkan pengguna transportasi udara mengantongi tes PCR tidak logis. Bagi 'Juru Wabah' ini, cukup aman bagi pengguna transportasi udara bagi yang sudah divaksinasi dan wajib memakai masker.
"Sedangkan (untuk) skrining dengan tes antigen atau PCR," tulis Pandu Riono dalam akun twitternya, @drpriono1, yang disitat Senin (25/10).
Tidak logis dan argumen yg mewajibkan tes PCR pd pengguna transportasi udara. Cukup aman bagi pengguna transportasi udara yaitu sudah divaksinasi, kewajiban pakai masker, dan skrining dg tes antigen atau PCR. https://t.co/MQLnAmX2Rk — Juru Wabah ???????? (@drpriono1) October 23, 2021
Pandu menduga, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mewajibkan tes PCR bagi penumpang pesawat udara dilatarbelakangi oleh ketakutan bakal terjadi gelombang ketiga Covid-19. Terutama ketika pemerintah melonggarkan pelbagai aturan dan adanya libur Natal dan tahun baru.