WF Stutterheim, seorang arkeolog Belanda, menyemai bibit nasionalisme di AMS Solo.
Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera, atau dikenal dengan Amir Hamzah, langsung berkemas untuk melanjutkan pendidikan ke Algemene Middlebare School (AMS A-1)—sekolah setingkat SMA—di Solo, usai mendengar sekolah itu membuka jurusan sastra timur pertama di Hindia Belanda.
Saat itu, pada 1927, Amir muda mendaftarkan diri ke jurusan itu, usai menamatkan pendidikan di Christelijke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Batavia.
Bukan hanya jurusan itu yang membuat Amir melanjutkan studi ke sana. Menurut artikel “Paradoks Amir Hamzah” di dalam majalah Tempo edisi 14-20 Agustus 2017, Amir pun memilih AMS Solo karena sekolah itu dipimpin arkelog masyhur asal Belanda, Willem Frederik Stutterheim.
“Kabar dari Solo itu membuat Amir bersemangat. Pada 1927, pascalulus dari Christelijke MULO di Batavia dan mendapat restu dari ayahnya di Langkat, pemuda 16 tahun itu langsung naik sepur dan mendaftar di maktab tersebut,” tulis Tempo.
Menyemai bibit “pemberontak”