Set pertama berkesudahan 21-8 untuk Mariska Indonesia. Skornya identik di set kedua.
Tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung sukses menjuarai Spanyol Master 2023. Di final, Minggu (2/4), Jorji (panggilan akrabnya) mengalahkan pemain India Pusarla Sindhu, dua set langsung 21-8, 21-8, dalam durasi 29 menit. Sukses berarti kejutan, Sindhu unggulan kedua dan Mariska hanya unggulan kelima.
Kemenangan yang tertunda diperoleh ganda campuran Melati Daeva Oktavianti-Praveen Jordan. Pasangan ini harus puas menjadi runner-up di tangan pasangan Denmark Mathias Christiansen-Alexandra Bøje, 20-22, 18-21. Kontingen Indonesia pulang mudik membawa satu gelar bergengsi.
Sindu tampil ceroboh, bermain lamban di bawah form terbaiknya. Unggul postur lebih tinggi 15 centimeter, tapi terlalu banyak melakukan unforced error. Pantauan Alinea.id dari lapangan pertandingan melalui tayangan langsung BWF TV, berikut ulasannya:
MENANG SERVIS
Lapangan 1 arena Centro Deportivo Municipal Gallur, Madrid, sudah terbentang luas untuk pertunjukan dari semua finalis. Penonton setia sabar menanti, mayoritas publik tuan rumah. Tapi di tribun tidak terlihat lagi ibunda Carolina Marin yang kemarinnya menyaksikan sang putri bertanding.
Sekilas balik laga semifinal, Sabtu (1/4). Marin, unggulan utama andalan Spanyol, merebut set pertama dengan mudah. Disemangati tepuk tangan panjang ibunya dan yel-yel ala lagu flamenco "Carolina..., Carolina..." dari seluruh penonton warga ibu kota Madrid. Namun Jorji tak gemetar, membalas tuntas lewat rubber set.
Sportifnya itu mereka kemudian di final, suporter lokal Madrid berbalik menyokong Jorji ketimbang gantian mendukung Sindu. Padahal andalan mereka kalah di tangan pemain Indonesia. Jorji dan Sindu sama-sama mencapai final turnamen perdana mereka tahun ini.
Pertandingan dipimpin wasit Jepang Eiji Nonoguchi didampingi Hakim Servis Allan Potter asal Inggris. Wasit telah mengundi sebuah koin yang dua sisinya dipilih oleh kedua pemain. Menang undian koin, Jorji akan memegang serve pertama.
Sebentar lagi laga dimulai. Jorji tampil seakan kurang fit terbalut perban elastis di paha kanannya. Berjalan pelan, minggir ke tepi lapangan, dia berjongkok mengencangkan tali sepatu. Penampilannya tidak meyakinkan, sungguh mengkhawatirkan.
Di seberang net, tutup termos biru dibuka, Sindu minum dari termos itu di tangan kanan yang bergelang dua. Anting-anting di salah satu kupingnya tampak juga dua. Tangan kirinya dilingkari arloji dan satu gelang lain. Penuh aksesori, seperti etalase toko perhiasan. Penampilannya sangat meyakinkan, bergaya percaya diri.
"Love all play!"
Jorji membuka permainan lewat servis pendek yang juga dibalas backhand. Shuttlecock dikembalikan Sindu melayang ke garis belakang. Ditepuk lembut Jorji dengan sebuah drop ke arah kanan lawan, setinggi pinggang. Sindu memindahkannya ke depan net.
Bertumpu kaki kanan di depan footwork ringan, seringan kapas, Jorji membungkuk untuk mengambil bola. Sedetik sebelum bola itu menyentuh lantai. Begitu mendebarkan!
Dia memancing permainan net, tapi tidak diladeni Sindu. Pemain India mengungkit bola ke garis belakang lagi. Jorji membiarkan saja, pengamatannya cermat, shuttlecock jatuh di luar lapangan. Hanya tiga kali jual-beli pukulan, poin pertama diraih Jorji, 1-0.
HILANG ANGKA
Perebutan angka kedua berlangsung lebih sengit. Bola menyentuh lantai di sisi kanan lapangan Sindu. Hakim garis merentangkan tangan lurus ke depan. Masuk! Poin Jorji akan bertambah, 2-0.
Tapi kejadiannya berubah mirip lagu Rindu Tebal karya Iwan Fals. Sindu "tak mau terima, hilang satu angka 'tuk harga diri." Langsung saja dia minta challenge dari pemindai digital. Hasil di layar official review terbukti dia benar, bola itu keluar. Ralat, bukan 2-0, tapi 1-1 kedudukan. Angkanya tidak hilang.
Cukup berhenti di situ Sindu, juara dunia 2019, mampu bertahan. Jorji mulai ngegas kencang hingga skor 5-1. Lawan India mengejarnya sampai 4-5, hampir sama. Sejak itu Jorji tak tertahan lagi, Sindu banyak kehilangan angka.
Jeda 60 detik, kedua pemain beristirahat mengambil napas, tiap satu set di angka 11. Jorji mengelap keringat di pinggir lapangan. Saat itu, pelatih Herli Djaenudi menghampiri dia.
"Terus posisi dropnya jangan ke depan, dia pasti netting," kata Herli. Bisa dimengerti maksudnya bahwa pukulan drop Jorji jangan diarahkan ke bagian depan lapangan lawan, karena lawannya pasti mengembalikan ke bagian depan juga. Kepintaran Coach Djaenudi membaca taktik Sindu, tak mau pemain asuhannya terjebak situasi persis set pertama semifinal berhadapan Marin, kemarin.
"Kasih panjang, keluarnya panjang lagi, jadi Grego larinya nggak terlalu jauh. Ya, depannya juga sama. Kontrol, batasi, kontrol, sekali-kali ada variasi boleh. Jangan kebawa polanya. Terus aja gitu. Dia nggak betah kalau begitu. Terus terima bola bawah juga nggak bagus dia. Oke, itu ya! Biar enak, buangin semua itu (ingus). Oke ya," perintah Herli.
Set pertama berkesudahan 21-8 untuk Mariska Indonesia. Skornya identik di set kedua. Suara penyiar BWF TV terdengar menggelorakan penghormatannya, "Astonishing!" Keajaiban Jorji yang luar biasa menakjubkan! Gregoria Mariska Tunjung menerima trofi berbentuk miniatur beruang madu memanjat shuttlecock dan uang tunai.