Penampilan tiga capres dalam debat yang antiklimaks dan minim saling serang, menurut Dody, sudah dirancang matang oleh ketiganya.
Tak seperti sebelumnya yang saling serang, debat kelima Pilpres 2024 antara calon presiden (capres) Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo berlangsung hambar. Menurut pakar gestur dan mikro ekspresi Dody Triasmara, secara gestur, ketiga kandidat presiden sengaja bersikap normatif.
Bahkan, dalam debat yang mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi itu, ketiga capres terlihat saling menyetujui pendapat masing-masing pada isu tertentu.
“Itu (saling menyetujui) terlihat kental pada calon (presiden) nomor (urut) 2 (Prabowo Subianto) dan nomor 3 (Ganjar Pranowo),” ucap Dody kepada Alinea.id, Minggu (4/2).
Dody mencermati, dalam debat yang diadakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat pada Minggu (4/2) tersebut, ketiga kandidat sempat menunjukkan gestur saling serang saat sesi tanya jawab. Namun, tidak berlangsung lama, ketiga capres kembali pada format saling “cari aman” untuk menjaga citra positif pasca-debat.
“Beberapa kali (ketiga capres) menanyakan ketegasan pertanyaan seperti apa, tapi diklarifikasi lagi. Seperti (capres nomor urut) 1 (Anies Baswedan) merasa (capres nomor urut) 2 (Prabwo Subianto) belum menjawab pertanyaannya terkait dengan perlindungan perempuan,” tutur Dody.