Kemunduran Basuki dan Sri Mulyani potensial melahirkan tsunami politik di pemerintahan Jokowi.
Keresahan menyelimuti Kabinet Indonesia Maju setelah beredar rumor Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menteri PUPR) Basuki Hadimuljono berniat mundur dari jabatannya.
Keduanya diisukan tak tahan dengan manuver-manuver Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kentara memihak pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) di Pilpres 2024.
Isu mengenai rencana mundurnya sejumlah menteri berlatar belakang teknokrat itu semula digulirkan ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Faisal Basri. Ia menyebut ada 15 menteri yang potensial hengkang dari kabinet.
“Menteri-menteri PDI-Perjuangan ada lima, menteri PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) ada dua. Menteri PPP (Partai Persatuan Pembangunan) tidak saya masukan karena menteri Bappenas ini sudah berlawanan dengan pengurus PPP sekarang. Ditambah satu dari Nasdem, (Menteri KLHK) Ibu Siti Nurbaya," kata Faisal di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Faisal, menteri-menteri berlatar belakang teknokrat siap mundur lantaran memiliki standar nilai yang tidak bisa diintervensi menyangkut etika. "Kemudian saya lihat-lihat yang potensial juga karena beberapa pertimbangan, (Menlu) Bu Retno (Marsudi), (Menteri ESDM) Pak (Arifin) Tasrif. Tapi, kira-kira 15 orang,” ujar Faisal.